Minggu, 23 September 2007

Kertas Rokok vs Rokok

Kertas rokok pada zaman dahulu lebih terkenal di banding rokok. Kenapa?
Alasannya adalah karena pada zaman dahulu, sebelum rokok ditemukan, orang membuat rokok dari kumpulan daun-daun kering yang digulung di kertas dan dibakar lalu dihisap. Kemudian, barulah muncul dengan sedikit demi sedikit rokok lintingan dengan tembakau, barulah rokok. Selain itu disebabkan lagi oleh rokok yang belum ada ketegori kretek dan filter, belum ada istilah rokok rendah tar dan nikotin, dsb. Sekarang sudah bisa ada karena perkembangan zaman dan alat serta mesin dan kemampuan orang sudah lebih canggih dibanding dulu.
Istilah rokok yang dilinting adalah Kaung

Mengapa orang dulu lebih suka merokok dengan kaung?

1. Karena kertas rokok dan tembakau yang akan dijadikan kaung (pada saat itu tembakau dijual kilo-an) harganya masih sangat murah dibanding dengan rokok bungkus.

2. Karena kaung itu lebih kecil ukurannya sehingga lebih cepat habis dibanding sekarang, sehingga kadar dan intensitas penghisapan kaung secara otomatis lebih berkurang dibanding sekarang.

3. Karena, dengan melinting kaung sendiri kita bisa mengatur sendiri kadar tembakau yang kita inginkan. Malah terkadang, orang memanfaatkannya untuk situasi tertentu, seperti : bila sedang punya uang yang cukup, orang tersebut bisa memasukkan tembakau yang lebih banyak ke dalam lintingannya, tetapi apabila sedang tidak punya uang, orang tersebut bisa memasukkan tembakau lebih sedikit dari biasanya untuk pengiritan. (apabila banyak tembakau yang digunakan maka 1 bungkus tembakau bisa kurang dari 1 bulan, tetapi apabila penggunaan tembakau sedikit, 1 bungkusnya bisa 1-3 bulan.

Beda Kretek dan Filter
Kretek dan Filter merupakan jenis rokok, yang dilihat kasat mata sama bentuknya. Hanya saja yang membedakan adalah isinya. Kalau kretek, di dalamnya berisi tembakau semua sedangkan Filter di dalamnya terdapat kapas sebagai saringannya. Bisa dikatakan Kretek karena keseluruhan isinya adalah tembakau tanpa kapas saringan atau yang lebih dikenal sebagai Filter (penyaring).

Arti Sinden

Sinden merupakan adat dari Jawa, berupa nyanyian lagu tradisional yang dibawakan oleh seorang wanita muda yang mengenakan kebaya lengkap dengan selendang panjang dengan atau tanpa iringan musik gamelan.
Sinden biasanya dibawakan pada saat acara-acara. Bisa berupa acara perkawinan, atau pesta-pesta besar, bahkan sampai memperingati hari raya. Semakin besar acara yang dibentuk, pembawaan sinden semakin baik dengan iringan yang semakin meriah, bila acara kecil, sinden dibawakan bisa tanpa dengan iringan gamelan.
Sinden merupakan hiburan di zaman dahulu yang bisa dikatakan sebagai piano tunggal di zaman sekarang yang biasanya mengiringi pesta-pesta.

Daftar Ukuran Kemasan Jamu

1. Obat Pembersih Tjap Kumbo Karno : 9 x 6.5
2. Pay Na Ran : 8.5 x 6
3. Kertas Rokok Daun Tembakau : 9 x 6.2
4. Puder Sekalor : 7.5 x 5.5
5. Mie Tulen : 9.3 x 7.8
6. Jamu Sariawan Mulut : 9.5 x 7.5
7. Kertas Rokok Cap Rengkol : 7.5 x 5
8. Yam San Hoo : 7.2 x 4.7
9. Kertas Rokok Sinden : 12.4 x 8
10. Super Monalisa : 9 x 10

Data Seputar Yam San Hoo

Kita sudah mencari data-data tentang Yam San Hoo di kamus Bahasa Mandarin, tapi yang diperoleh ya hanya seadanya dan sekedarnya, tapi setidaknya bisa menambah pengetahuan kita, jadi mohon maaf ya..
Di kamus bahasa mandarin tidak ada penggalan YAM, maka dari itu diambil YAN, mungkin perbedaan ini terjadi karena salah terjemahan atau pelafalan di Indonesia.. atau mungkin juga karena YAM itu sendiri bukan merupakan bahasa mandarin baku, melainkan bahasa daerah, yang antara lain bahasa khe atau hokkien...
1. YAN, artinya: hulu kerongkongan, asap, terendam, kebiri, disini, mengasinkan, memperpanjang, kata, rapat, indah, sepanjang, panas terik, batu cadas, menggilas halus, garam, tikar bambu, cucuran atap, menutupi, khidmat, mata, menghentikan, berkembang, benci, batu bak, menjamu, belasungkawa, pepatah, memeriksa, lidah api, angsa liar, walet, palsu.
2. SAN, artinya: tiga, payung, terlepas/cerai berai, bubar.
Karena gak ada penggalan kata HOO di kamus jadi kita ambil 2 penggalan kata yang kemungkinannya besar:
3. HOU, artinya: bangsawan, tenggorok, monyet/kera, kutil, mengaum, belakang, tebal, menunggu, retak..
4. HUO, artinya: mengadon tepung, hidup, api, teman, mungkin, mencampur, barang dagangan, tangkap, celaka, mendadak, bingung, terbuka lebar..

Namun ada juga..
arti dari kata SAN HUO, yaitu organisasi yang sudah bubar
arti dari kata YAN CAO, tembakau
arti dari kata XI YAN, menghisap rokok

Kita ambil arti dari kata-kata ini karena dirasa ada hubungannya dengan kemasan kertas rokok "YAM SAN HOO"

Sabtu, 22 September 2007

linting dhewe...

Yogyakarta
Senin, 09 April 2007

Usaha
Siasati Keborosan dengan "Linting Dhewe"
Sleman, Kompas - Pemborosan yang terjadi akibat kebiasaan merokok dapat disiasati dengan cara membuat lintingan rokok sendiri. Selain rasanya sama dengan rokok kemasan yang dijual bebas, yang bersangkutan juga merasa lebih puas karena ikut terlibat langsung mulai dari proses pencampuran bahan sampai mengisapnya.

Landung Simatupang, salah seorang pemilik warung rokok Tingwe Caglak Kedai Tembakau Djogja 01 di kompleks Tarakanita I/21 Gejayan, Santren, beberapa waktu lalu, menuturkan, tidak sedikit pelanggan yang cocok dan beralih pada rokok linting dhewe (tingwe), dari sebelumnya mereka mengonsumsi rokok kemasan yang dijual bebas.

"Dengan melinting sendiri, penggemar berat rokok bisa menghemat hingga 60-70 persen. Harga rokok kemasan lebih mahal karena ada pajaknya, yakni pajak rokok. Pajak tingwe hanya berupa pajak tembakau," ujar Landung yang didampingi istrinya, Engelina P.

Menurut Landung, cara ini cukup efektif bagi perokok yang belum bisa menghentikan kebiasaan 100 persen lantaran alasan ekonomi. Demikian pula masalah kesehatan, ia memiliki trik lain, yakni menyiasati dengan menyediakan buku-buku dan menempelkan brosur mengenai sejarah rokok hingga bahaya yang ditimbulkan lebih rinci pada dinding kedai. Dari situlah perokok bisa memperoleh tambahan pengetahuan sekaligus melakukan penghematan.

Ia mencontohkan, ada salah seorang pelanggannya yang masih kuliah di sebuah kampus di Yogyakarta yang berhasil menghemat biaya pengeluaran. Uang rokok sang mahasiswa yang mencapai Rp 400.000-an per bulan bisa ditekan kurang dari Rp 200.000.

Rasa sama
Meski menyediakan bahan mentah alias belum dilinting, tembakau yang ditawarkan Landung bukan sembarangan. Tembakau diperoleh dari paguyuban mantan peramu rokok yang sebelumnya pernah bekerja di pabrik rokok terkenal. Tembakau itu juga sama dengan rokok-rokok kemasan bermerek yang dijual bebas. "Para peramu inilah yang bisa menyediakan aneka bahan sesuai dengan rasa rokok kemasan," ujar Engelina.

Rokok tingwe memang cara yang efektif untuk melakukan penghematan. Namun tidak semua perokok melirik produk yang satu ini. Roni, pedagang rokok kemasan di Nayan, Maguwoharjo, Sleman, mengatakan anak muda yang gaul biasanya akan memilih rokok kemasan yang dirasakan lebih praktis.

"Melinting biasanya membutuhkan waktu dan tempat tertentu. Sedangkan anak muda biasanya lebih yang simpel-simpel," ujarnya. (WER)

sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0704/09/jogja/1035801.htm




Jawa Tengah
Sabtu, 31 Mei 2003

Rokok "Tingwe" ala Warga Blumah
NAIKNYA harga rokok keretek produksi pabrik rokok besar di Kota Kudus, Kediri, Malang, dan Surabaya sejak awal 2003 menyebabkan warga pedesaan yang berpenghasilan pas-pasan merasa keberatan.

"Kenaikan harga itu menyebabkan harga rokok keretek merek terkenal bisa Rp 500 per batang. Mahalnya harga rokok inilah yang mendorong warga memproduksi rokok untuk dijual ke kalangan sendiri," tutur Kepala Desa Blumah, Kabupaten Batang, Zaenal Arifin, pekan lalu.

Lahan pertanian di desa yang terletak di kawasan Pegunungan Dieng bagian utara, Desa Blumah di Kecamatan Plantungan dan Kecamatan Bandar, cukup subur untuk ditanami tembakau dan cengkeh. Desa yang berhawa sejuk itu memaksa warga harus akrab dengan rokok untuk mengusir hawa dingin yang memeluk kehidupan mereka sehari-hari.

Perajin rokok lokal Blumah, Taufik, mengatakan, rokok hasil kerajinan warga itu adalah rokok tingwe (nggelinting dewe) alias melinting sendiri. Bedanya, kalau dulu rokok tingwe dibuat dengan tangan, kini sudah meningkat memakai alat pelinting, yang diadopsi dari pelinting rokok di pabrik rokok keretek dari kayu.

"Kapasitas produksi rokok dari alat ini cukup lumayan. Satu jam bisa menghasilkan 200 linting rokok keretek. Di desa saat ini terdapat 15 warga yang memilikinya dan setiap hari memproduksi ribuan rokok tingwe untuk dijual ke warga atau di pasar desa setempat," ungkap Taufik.

Perajin rokok Muarif memeragakan cara membuat sebatang rokok dengan alat itu. Awalnya, dia menempelkan kertas rokok warna putih di atas lekukan mesin pelinting. Di atas kertas itu kemudian diberi adonan tembakau serta campuran cengkeh sedikit.

Setelah adonan siap, tuas langsung ditekan kuat. Meloncatlah rokok hasil produksi sendiri yang siap dinikmati. Supaya rapi, kedua ujung rokok linting itu digunting.

Warga biasanya memproduksi rokok dengan warna putih dan coklat. Rokok coklat sangat laku karena aroma dan adonan tembakau yang dicampur tembakau mahal, Virginia.

"Saat ini rokok produksi warga Blumah belum diberi merek. Meski belum punya merek, sudah laku dijual. Rokok ini juga dijual ke pasar setempat. Harga per bungkus Rp 2.500 isi 20 batang. Kalau dijual eceran di pasar, harganya bisa Rp 250/batang," katanya.

KETERAMPILAN warga Blumah memproduksi rokok tingwe serta merta menarik perhatian banyak tamu yang datang dalam lokakarya Penyelamatan Kawasan Pegunungan Dieng di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Batang, pekan lalu.

Warga Blumah bahkan membuat stan di lapangan, tempat lokakarya itu dilaksanakan. Di stan itulah semua jenis rokok buatan warga Blumah dipamerkan, termasuk cara membuat rokok pun diperagakan.

Kerajinan membuat rokok ini juga ditunjang perajin kayu di Blumah. Perajin kayu menyediakan kotak tempat rokok dari kayu untuk perajin rokok. Kotak kayu rokok itu bisa memuat 20 batang rokok lokal. (WINARTO HERUSANSONO)

sumber: http://kompas.com/kompas-cetak/0305/31/jateng/341209.htm

definisi rokok, sigaret n kretek...

Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.

Merek-merek rokok yang terkenal
A Mild
Class Mild
Bentoel
Benson & Hedges
Djarum
Lintang Enam
Dji Sam Soe
Gudang Garam
Lucky Strike
Marlboro
Wismilak

Merek lainnya
Bheta Forum Gentong
Gibol Iki Ae Master Mild
Pensil Mas Sam Suy

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok





Sigaret

Seperti disinggung sebelumnya, kretek adalah rokok dengan campuran tembakau dan cengkeh. Tetapi lepas dari bahan baku utamanya, ada beberapa bahan lain yang menjadikan sigaret kretek itu, dan sigaret secara umum.
Kertas rokok, yang merupakan bahan pembungkus campuran tembakau dan cengkeh yang membentuk batang rokok. Kertas ini terbuat dari selulose dan bisa menggunakan zat tambahan untuk menjaga warna putih, membentuk abu yang baik dan menjaga pembakaran yang baik. Pelekat sideseam, yang merupakan pelekat kertas rokok yang digunakan dalam jumlah yang sangat kecil.
Filter, yang dihubungkan ke batang rokok untuk menangkap sebagian partikel yang ada di asap rokok sehingga mengurangi kadar tar dan nikotin di asap rokok yang dihisap, seperti yang diukur oleh standar tes mesin rokok. Filter itu sendiri terbagi dari empat bagian, tow (rangkaian selulose asetat sebagai badan filter), plasticizer (zat pelunak untuk mengikat filter), plug wrap (kertas pembungkus fiber filter) dan pelekat (sebagai pelekat plug wrap). Kertas tipping, yang merupakan kertas pembungkus filter yang menjangkau sampai ke batang rokok. Kertas tiping merupakan pengikat antara batang rokok dan batang filter, terbuat dari fiber selulose dan mungkin dilapisi oleh zat kimia. Pelekat juga digunakan untuk melekatkan kertas tipping ke batang filter dan batang rokok. Tinta monogram, yang digunakan untuk mencantumkan merek rokok. Di BOKORMAS, ada beberapa produk yang mereknya dicantumkan di kertas tipping dan ada juga beberapa yang di kertas rokok.


sumber: http://www.bokormascorp.com/ind/sigaret.htm





Kretek

Contoh rokok kretek made in Indonesia
Riwayat kretek bermula di Kudus. Menjadi dagangan paling memikat di tangan pengusaha buta huruf. Sayang asal usulnya masih gelap.

Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal usul yang akurat tentang rokok kretek. menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar 1870-1880-an. Awalnya, penduduk asli kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Sakitnya reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya. Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini menyebar cepat. Permintaan "rokok obat" ini pun mengalir.

Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "kemeretek", maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek". Awalnya, kretek ini dibungkus "klobot" atau daun jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10 , tanpa selubung kemasan sama sekali.

Rokok kretek kian dikenal. Namun tak begitu dengan penemunya Djamari diketahui meninggal pada 1890. Siapa dia dan asal-usulnya hingga kini masih remang-remang. Hanya temuannya itu yang terus berkembang. Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus.

Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

Beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok "klobot" (rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kretek

Kamis, 20 September 2007

Lika-liku obat tradisional

Kami telah menelusuri dan mencari buku, makalah atau media lain yang berbicara tentang obat tradisional, dan akhirnya kami mengambil data dari berbagai sumber. Kalau ada kesamaan pendapat atau pernyataan dari sumber yang satu dengan sumber yang lain kami mohon maaf, karena tujuan utama kami hanyalah menyajikan data selengkap-lengkapnya, dan berikut adalah data-data yang kami peroleh.

1. ANALISA DAN EVALUASI HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMAKAIAN OBAT TRADISIONAL
- Prof Dr. Midian Sirait th 1996 (registrasi)
- BPHN Dep. Kehakiman th 1993/94


Aspek Pembinaan
Penggolongan:
- Usaha besar
- Usaha menengah
- Usaha kecil


Pembagian:
- Industri kecil obat tradisional
- Industri rumah tangga obat tradisional
- Usaha jamu racikan
- Usaha jamu gendong
Pembuatan obat tradisional yang baik


Aspek Penggembangan
• Pengalian
• Penelitian
• Pengujian
• Pengembangan


Aspek Perlindungan
• Perlindungan Konsumen, diutamakan supaya obat tradisional aman, bermanfaat, dan bermutu
• Perlindungan SDA, mencegah punahnya tumbuhan obat


Aspek Pengawasan
• Dilakukan untuk melindungi konsumen dari obat yang tidak memenuhi persyaratan


Fakta
• Obat yang tidak terdaftar terkadang dengan bebas diiklankan, keamanan, kegunaan dan mutu obat tradisional ini tidak diketahui dengan pasti, namun peminatnya kadang-kadang melimpah
• Adanya jamu (jamu gondokan, gendongan, bubukan dan kemasan) mengandung racun laktosin, dalam beberapa pustakaan disebutkan ini menjadi salah satu penyebab Sirosis dan kanker hati



2. BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG OBAT TRADISIONAL DI INDONESIA atau PENGOBATAN
- Oleh Sri Oemijati
- F.K.U.I/ WHO BADAN LITBANGKES

Obat tradisional ada di seluruh dunia, untuk beberapa Negara, obat tradisional formal, tapi di Indonesia non-formal.
Jalur formal obat/pengobatan tradisional:
• Dibuktikan secara ilmiah (menganut Western Medicine)
• Dokter terikat sumpah Hipokrates(kesehatan penderita diutamakan)


GBHN
Pertimbangan kenapa obat/pengobatan tradisional dilesarikan:
• Sudah dipakai oleh umum selama bertahun-tahun
• Bisa dipakai sebagai alternatif, kalau obat formal kurang (di daerah), dan karena obat/pengobatan tradisional lebih murah


Banyak obat modern berasal dari obat tradisional, contoh: kulit pohon kimis jadi kinine, dan ada juga yang masih mengandung obat tradisional, contoh obat batuk hitam
Pengobatan tradisional juga membantu jalur formal, contoh dukun bayi membantu bidan, dukun pijat membantu fisioterapi


Obat-obat tradisional di Indonesia:
• Tanaman obat tunggal
• Ramuan berbagai macam obat
• Tanaman obat segar
• Tanaman obat yang dikeringkan
• Cairan tanaman segar
• Ekstrak tanaman obat (rebusan)

• Dibuat sendiri , dipakai sendiri
• Dibuat sendiri, dijual (jamu gendong)
• Industri jamu, pemakaian luas, dieksport


Cara obat tradisional jadi obat modern:
• Penelitian in vitro (tabung reaksi, biakan patogen, biakan organ/jaringan)
• Penelitian in vivo pada hewan sakit dan sehat
• Penelitian pada manusia sakit dan sehat



3. SEMILOKA ETIK PENELITIAN OBAT TRADISIONAL F.K.U.I 6-7 Juli 1992
- Perangkum dan editot dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D, dr. ali Baziad

Bahan obat tradisional, bahan tumbuhan, hewan, mineral, sedian sarian/campuran.

Simplisia, bahan alami (nabati, hewani, mineral) yang dipergunakan

Jamu, obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan

Galentika, penyarian/pilihan bahan yang berasal dari simplisia, sedian tersebut berupan bahan kimia murni

Contoh macam-macam jamu tradisional:
Jamu awet muda, pelangsing tubuh, meningkatkan gairah seks, menyembuhkan haid yang tidak cocok, impotensi, mengurangi berat badan, sakit kencing manis, mempercantik wajah, mengencangkan perut setelah persalinan, obat mempersempit vagina, menghilangkan keletihan.


Permasalahan:
Obat tradisional telah dipakai bertahun-tahun di masyarakat, walaupun demikian apa dasar ilmiahnya? Apalagi kalau obat tradisional sampai dipakai secara resmi di puskesman, RS, poliklinik, praktek dokter, dll. Apa ini etis??
Apakah kita (dokter) akan menggunakan obat tradisional yang tidak diketahui apa khasiatnya bahkan zat apa yang terkandung di dalamnya sebagai resep untuk pasien?

Kisah perjalaan yang melelahkan seputar mencari data…

Pagi ini, tanggal 20 September 2007. Saya, Lesley bersama dengan 4 teman lainnya berencana untuk pergi bersama mencari data di BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasional). Seharusnya kami berlima, yaitu: Wiwi (Wiyanthi), Rini, Syennie, Ayas (Agnes), dan Yoanita. Tetapi berhubung Yoanita ada tugas menjadi Asisten Mahasiswa, maka dia dengan sangat terpakasa tidak dapat ikut.
Dimulailah perjalanan kami ber5 tanpa Yoan setalah menunggu teman-teman yang selesai kuliah, dan makan siang. Perjalanan kami mulai pukul 11.00, melalui stasiun busway Jelambar – Transit di Harmoni – naik ke arah Pulogadung, melewati Balai Kota – Gambir 2 – Kwitang – Transit di Senen – naik ke arah Kp. Melayu, melewati Pal Putih – Kramat Sentiong – Salemba UI – Matraman 1 – Tegalan – Slamet Riyadi - Kebon Pala – PS. Jatinegara – Transit di Kp. Melayu – naik ke arah Kp. Rambutan, melewati Bidara Cina – Gelanggang Remaja – Cawang OTISTA – BNN – Cawang UKI – Tetapi, ada sesuatu yang lucu terjadi di dalam bus, setelah melewati UKI, yang semula kami semua beranggapan awam mengenai tempat itu, karena memang kami jarang atau bahkan belum pernah menginjakkan kaki di sana, tiba-tiba Syennie berkata bahwa Ia mengenal persis jalan ke UKI dari Kampus, hanya tinggal sekali menaiki Patas dan akan tibalah kami dengan cepat, tetapi kami malah ikut putar-putar dengan Busway. Padahal, jika kami menaiki Patas, kami hanya perlu menelusuri jalanan lurus ke arah Cawang/Cililitan dari depan kampus, akhirnya kami pasrah saja sambil tertawa dan kamipun sempat bilang bahwa biarlah Dosen kami mengetahuinya dan bisa melihat niat kami semua mencari data karena memang kami tidak tahu jalan sehingga kami rela diajak berputar-putar dengan Busway - dan tibalah kami di BKN. Melelahkan karena berdesak-desakan di Busway, dan terasa asing karena tempat itu memang belum pernah kami kunjungi tidak membuat kami berhenti sampai di sana. Setelah melihat gedung BKN senangnya membuat kami sedikit lega karena perasaan sebelumnya yang membuat kami takut tersesat.
Kami sempat berfoto-foto sejenak di atas jembatan Busway dengan background gedung BKN yang ingin kami tunjukkan nantinya kepada dosen kami, setelah itu berjalan kakilah kami mendekati gedung itu. Namun, setelah menginjak bagian depan gedung itu, keragu-raguan kami timbul kembali setelah kami melihat tulisan di atas gapura itu, yqitu Badan Kepegawaian Nasional. Sesaat kami merasa ragu, karena sepertinya bukan tempat inilah yang ingin kami kunjungi, namun kami ragu-ragu karena petunjuk sebelumnya dari ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) mengatakan bahwa tempat inilah. Lalu, kami akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Satpam di BKN, ternyata…. Gedung BPHN yang kami cari ada di sebelahnya tepat! Malunya kami karena sesaat kami menganggap BKN itulah gedung yang kami cari, malahan kami sempat berfoto di depannya.
Setelah masuk ke dalamya, kami diijinkan untuk memasuki perpustakaanya. Di dalamnya ada beberapa orang Pustakawan dan kami menjelaskan maksud kedatangan kami, tetapi ternyata salah satu Pustakawan itu mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai data yang ingin kami cari, tetapi mereka mempunyai beberapa buah buku yang bisa membantu, karena buku-buku yang mereka miliki, kebanyakan adalah buku seputar hukum. Namun setelah saya sedikit menjelaskan maksud kedatangan kami setalah dari berbagai tempat sebelumnya, Beliau memperlihatkan buku Berita Acara Negara tahun 1953 yang besar, tebal, dan sudah sangat lapuk. Di dalamnya lagi-lagi terdapat berbagai contoh kemasan produk zaman dahulu seperti yang telah kami lihat di ANRI namun tidak satupun kemasan yang kami pilih ada di dalamnya. Menurut Pustakawan di sana, ada banyak buku berita acara yang mereka miliki, namun mereka tidak bisa memperlihatkannya langsung karena buku-buku tersebut ada di lantai yang berbeda dengan perpustakaan itu. Bapak pun berpesan, jika kami ingin melihat yang lainnya, kami bisa kembali di lain hari. Pencarian kami lakukan hingga waktu menunjukkan pukul 14.30 sampai mereka tutup dan kemudian pergilah kami sari situ.
Seselesainya kami dari BPHN, membuat kami bingung harus kemana lagi, karena semua tempat-tempat Badan pemerintahan itu tutup jam 14.30 karena bulan puasa. Akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami dengan sedikit refreshing ke Blok M, maka naiklah kami Kopaja 57 arah Cililitan-Blok M, dan berjalan-jalan sebentar disana, kemudian kami pulang dengan menaiki Busway kembali, dan transit di Harmoni, dari situ kamipun berpisah. Rini, Syennie, dan Wiwi pulang kembali ke arah Kalideres, Saya dan Ayas pulang ke arah Pulogadung.
Selesailah perjalanan kami yang melelahkan ini dengan hasil yang hanya sedikit sekali.

Rabu, 19 September 2007

Puder sekalor yang susah di cari... Kenapa???

PT Degepharm (Puder Sekalor)
TBN 1962/49
TBN 1988/343
(sama dengan nama : Parik Pharmasi Dasa Gaya)

TBN merupakan Tambahan Negara yang bisa digunakan untuk mencari data di BPH (Cililitan). Nomor TBN bisa kita dapatkan dari ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia).

Kesulitan dalam pencarian data, dikarenakan pencariannya yang harus ditelusuri dari satu tempat ke tempat lain, dan ketidak jelasan dari produk tersebut. Karena, menurut Pustakawan ANRI, istilah DAFT. pada kemasan jamu tersebut merupakan nomor yang belum disahkan oleh negara, dan dalam tahap menuju pengesahan, dengan kata lain: Apabila kita membuat produk yang ingin dipasarkan, pertama saat mencari ijin penjualan, kita akan mendapatkan DAFT. yang kemudian seiring dengan pemasaran kecil-kecilan, produk kita akan kemudian disahkan, lalu DAFT. tersebut akan berubah menjadi DEP.KES, setalah disahkan, barulah produk kita akan diakui negara dan bisa masuk di daftar negara atau berita acara negara. Produk yang sudah memiliki DEP.KES akan mudah dicari datanya di Arsip negara, karena mereka tercatat, sedangkan produk dengan DAFT. diragukan, karena bisa jadi produk tersebut sudah bangkrut duluan sebelum disahkan atau sebagainya.

Seputar Jamu...

Jamu
Adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangku buaya.
Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.
Di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gedong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan. Selain itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer atau Djamu Djago, dan dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Jamu seperti ini harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.

Minggu, 16 September 2007

Jamu Jago

Jamu Jago
Tipe : Pabrik
Didirikan : Indonesia
Letak : Kantor Pusat di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
Tokoh Penting : Jaya Suprana
Industri : Jamu dan Farmasi
Produk : Jamu, Obat
Slogan : “Jagonya Jamu sejak 1918”
Situs : www. Jagoherb.com

Sekilas Jamu Jago
Jamu Jago adalah salah satu produk jamu tertua di Indonesia. Jamu ini diproduksi oleh PT. Industri Cap Jamu Jago, yang berkantor pusat di Jl. Ki Mangunsarkoro 106, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Sementara, pabrik pengolahannya berada di Jl. Perintis Kemerdekaan, Semarang.



Sejarah
Jamu ini pertama kali merupakan buah karya seorang Tionghoa bernama TK Suprana dari Wonogiri, Jawa Tengah. Didirikan tahun 1918, Jamu ini telah mengalami pasang surut sebagai sebuah perusahaan.

PT Sinar Laba-laba (berita Kompas)



Berita Kompas : Selasa, 12 Febuari 2002

Campur Obat Kimia, Pengusaha Jamu Dituntut Enam Bulan Penjara.

Gara-gara mencampur produk jamutradisionalnya dengan bahan kimia, Johan Saridjo, 28 tahun, warga Jalan Suparto Purwokerto, Jawa Tengah, dituntut penjara enam bulan dan denda Rp. 20 juta.
“Hasil dari pemeriksaan saksi-saksi dan hasil uji laboratorium membuktikan produk jamu Sinar Laba-laba telah dicampur dengan obat kimia seperti antalgin, ctm, dan preknison.” Kata Jaksa Penuntut Umum Widodo Basuki dalam amar tuntutannya di Pegadilan Negeri Banyumas, Senin (11/2).
Pemilik Pabrik Jamu PT. Sinar Laba-laba itu ditangkap aparat Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah pada 21 November 2001 dan langsung ditahan di Semarang. Ia didakwa melanggar Pasal 82 dan 40 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan serta Pasal 53 KUHP.
Ringannya tuntutan hukuman bagi Saridjo, menurut jaksa, karena produk jamu bercampur obat kimia tersebut belum sempat dipasarkan, juga banyaknya perajin jamu lain yang mencampur obat-obatan kimia. “Setidaknya ada 35 perajin jamu yang juga mencampur bahan-bahan kimia dalam jamu mereka,” Kata Widodo.
Kalau begitu, para perajin jamu lain yang juga mencampurkan obat kimia dalam produknya berhak minta hukuman ringan.

Minggu, 26 Agustus 2007

MEJIKUHIBINIU

KELOMPOK
MEJIKUHIBINIU

Syennie Valeria
625050002

Yoanita
625050055

Wiyanthi
625050010

Rini Julia Sasmita
625050039

Agnes Larasati
625050048

Lesley A.T.
625050057













Nama Produk
YAM SAN HOO

No. Register Sertifikat Merek
IDM 000 009 361 34

Diajukan oleh
Ratna A.Widiyanto

Tempat pembuatan
Surabaya

No. Pendaftaran Produk
185128






















keterangan merek YAM SAN HOO


Nama Produk : YAM SAN HOO
No. Register Sertifikat Merek : IDM 000 009 361 34
Diajukan oleh : Ratna A.Widiyanto
Tempat pembuatan : Surabaya
No. Pendaftaran Produk : 185128